Berusaha Untuk Menjadi Lebih Baik

Ada Rencana Teror Mirip Serangan Terhadap WTC New York, DENSUS 88 Temukan Dokumen Jaringan Noordin M. Top

26/07/2009 09:04

JAKARTA - Bukan hanya peledakan JW Marriott dan Ritz-Carlton, diduga para teroris menyimpan ''segudang" skenario teror lain dengan berbagai target. Indikasinya sejumlah dokumen yang ditemukan polisi dalam beberapa operasi sebelum serangan di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, pekan lalu.
Salah satu modus yang sudah direncanakan adalah teror dengan pesawat terbang. Aksinya mirip serangan terhadap World Trade Centre di New York, Amerika Serikat, pada 11 September 2001. "Ada yang kami sita saat penggerebekan di Banjarmasin dan Cilacap. Juga berdasar pengakuan orang yang sudah kami tangkap," kata sumber Jawa Pos di lingkungan Mabes Polri kemarin (24/7).
Rencana teror itu bahkan digambar. Sketsanya juga ada. Dalam sebuah dokumen yang disita di Banjarmasin 9 Mei 2009, terungkap skenario serangan membajak pesawat dan menabrakkannya sebagai serangan bunuh diri ke gedung tinggi di Jakarta. Saat itu, Densus 88 berhasil menangkap Kasiman Marindra alias Usamah alias Abu Zar alias Salim alias Udin.
"Dari pengakuan tersangka selama interogasi diketahui ada rencana untuk mendekati dan merekrut kru pesawat, termasuk mencari pilot," ujar sumber itu.
Selain menggugah ingatan pada tragedi WTC, plot pembajakan pesawat seperti yang direncanakan itu juga pernah dilakukan oleh jamaah Imran pada pesawat Garuda DC-09 di Don Muang, Thailand, pada 1981. Pembajak saat itu dapat dilumpuhkan oleh Satgultor Kopassus di bawah pimpinan Benny Moerdani dan Sintong Panjaitan.
Dalam dokumen yang sekarang dibawa Densus 88 itu, tidak ada keterangan tentang kapan dan di mana rencana serangan akan dilakukan. "Masih susah ditanya," kata sumber itu menjelaskan sikap keras Abu Zar.
Selain serangan pesawat, ada juga plot serangan terhadap lokasi sekitar istana negara. Teroris sudah berencana menggunakan bahan peledak seperti bom Tupperware yang sama seperti yang sudah disita di Palembang pada 2008. "Ada gambar bom Tupperware di sketsa yang ditemukan," tutur sumber itu.
Bukan hanya itu, ada juga skenario penembakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dari jarak jauh. Pelatihan bahkan sudah dilakukan di Banjarmasin. Alasannya, pemerintahan SBY adalah pemerintahan thaghut yang wajib diperangi.
Di Cilacap, saat menangkap Saefudin Zuhri, polisi menyita sketsa serangan terhadap kedutaan asing, yakni Australia dan Amerika Serikat, dan hotel. "Ada sketsa menyerupai bangunan hotel. Namun, tidak ada nama hotel. Hanya tulisan hotel itu digarisbawahi," katanya.
Apakah itu berarti pengebom sekarang adalah kelompok yang sama dengan yang sudah ditangkap ? "Sampeyan teman saya. Tapi, kalau sampeyan tulis di koran, terus target saya lepas, itu berarti justru membuat repot teman sendiri. Ada yang bisa saya beber, ada yang tetap tidak boleh saya beber," ujarnya.
Rencana serangan terhadap armada pesawat terbang itu, tampaknya, sudah sampai ke telinga presiden. Saat meresmikan kantor baru PT Garuda Indonesia Kamis lalu, Presiden SBY memerintah semua jajaran pemerintah, BUMN, dan swasta untuk meningkatkan kewaspadaan. Mereka harus berkompromi dengan tindakan pengamanan. Prosedur pengamanan untuk mencegah ancaman terorisme harus dijalankan tanpa ada toleransi.
Khusus untuk perusahaan penerbangan, SBY juga meminta semua prosedur pengamanan ketat tetap dilaksanakan. "Jangan karena ada ancaman terorisme baru kita sibuk. Sepanjang masa, harus ada langkah-langkah konkret di dalam menjalankan SOP dan juga langkah-langkah pencegahan," kata SBY.
Prosedur pengamanan ketat juga harus dilakukan di semua tempat. ''Bukan hanya yang lewat security door, tapi juga lorong karyawan, tempat katering. Semua mesti dicek dan diyakini semuanya steril. Semua," ujar presiden.
SBY mengatakan, dirinya kerap mengkritik sistem pengamanan yang longgar. "Kadang-kadang dianggap sudah kenal, karyawan di situ, tidak mencurigakan, lalu tidak diperiksa dengan seksama. Siapa pun harus diperiksa dengan seksama," ujarnya.
Sejak terjadi peledakan bom di Mega Kuningan akhir pekan lalu, pengamanan di istana juga lebih ketat. Biasanya, pemeriksaan melalui pemindai logam dilakukan di ruang kaca, akses masuk dari sekretariat negara ke istana bagi tamu. Namun, beberapa hari terakhir, pejalan kaki yang masuk gerbang sekretariat negara sudah langsung diperiksa secara manual.
Akses masuk bagi pegawai juga lebih ketat. Wartawan dan pegawai biro pers yang masuk ke pintu Jl Veteran (pintu masuk khusus pegawai atau pejabat) dengan menggunakan mobil rumah tangga kepresidenan diperiksa satu per satu dengan pemindai logam. Padahal, biasanya pemeriksaan ketat hanya dilakukan terhadap mobil.
Setelah salat Jumat di Mabes Polri, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD) menjelaskan, polisi sedang adu cepat dengan teroris. "Mereka punya pola, kita punya pola," katanya membantah anggapan polisi kecolongan.
Soal plot serangan teroris, BHD mengatakan Densus 88 memang sudah menyita berbagai alat bukti dan dokumen. "Di Banjarmasin operasi sejak 5 Mei. Pada 9 Mei, kita tangkap Kasiman Marindra alias Usamah alias Abu Zar alias Salim alias Udin," kata BHD.
Kapolri menambakan, Abu Zar memang merencanakan aksi di berbagai tempat. "Kita temukan cd, ada foto-foto juga. Termasuk yang ditunjukkan bapak presiden. Sebab, menurut pengakuannya, bapak presiden dianggap pemerintahan yang thaghut. Itu diakui oleh yang bersangkutan," ujar BHD.
Mantan Kabareskrim itu menjelaskan, sebelum menangkap Abu Zar, operasi Densus 88 juga beberapa kali dilakukan di berbagai kota. Misalnya Wonosobo pada 2006, lalu penggalan pengiriman bahan peledak TNT 10 Kg di Jogjakarta pada 2007, penangkapan perakit bom Tupperware di Palembang pada 2008, penangkapan di Plumpang, Kepala Gading, pada Oktober 2008. "Kita juga berhasil menangkap jaringan Singapura, Hsn, yang sembunyi di Malang dan Abdul Samad di Lampung," kata Kapolri.
Sesudah menangkap Saefuddin Zuhri -rekan satu angkatan Ali Imron di Afghanistan- polisi mulai mendapat titik terang. "Dari Z, kita ke Brd yang merupakan mertua buron kita. Di sana bom yang ditemukan sama dengan yang meledak di Marriott dan sama dengan yang belum meledak," ungkap BHD.
Di bagian lain, Zaenal Achmadi alias Achmadi yang ditangkap di Cilacap dan diinterogasi di sebuah hotel di Semarang dini hari kemarin (24/7) dibawa Densus 88 ke Jakarta. Achmadi merupakan nama baru di jaringan Noordin M. Top. Keterlibatan pria 37 tahun, warga Sikanco, Kecamatan Nusawungu, Cilacap, Jawa Tengah, itu sudah cukup lama. Bahkan, dia disebut-sebut menjadi salah seorang kepercayaan buron kakap tersebut.
Masuknya Achmadi ke jaringan Noordin dibawa oleh Bahridin Latif alias Baridin (mertua Noordin M. Top) pada 2001. Ketika itu, Noordin belum menjadi pemain utama di JI. Dia hanya pengikut Dr Azahari. ''Bahkan, perannya di bom Bali pun tak ada. Kecuali hanya mengantarkan Dr Azahari ke Tenggulun untuk membantu perancangan bom,'' ujar seorang anggota senior JI kepada Jawa Pos.
Lima tahun kemudian, setelah cukup akrab dan Noordin menjadi sosok penting di jaringan tersebut, Achmadi dibaiat. "Dia dipersiapkan sebagai calon pelaku bom bunuh diri," kata sumber koran ini. Suami Rokikoh itu disebut-sebut menjadi kurir bom. Dia juga bertindak sebagai penghubung antara kelompok Palembang dan kelompok Jawa Tengah.
Yang lebih mengagetkan, bom yang ditemukan di belakang rumah Baridin pada 14 Juli lalu, ternyata, bom yang disiapkan untuk Achmadi dalam aksi selanjutnya setelah JW Marriott dan Ritz-Carlton.
Densus 88 juga dikabarkan telah menangkap kaki tangan Noordin. Dia adalah Maruto Jati Sulistyo, 29, warga RT 04 RW 06, Dusun Gedangan, Boja, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal. Maruto dikabarkan tertangkap di suatu tempat di Desa Patean, Kecamatan Sukerojo, Kabupaten Kendal, pada Kamis malam (23/7).
Kapolda Jateng Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo bahkan dilaporkan sempat mengunjungi Kantor Polsek Boja untuk mengecek kabar tersebut. Namun, ketika ditanya wartawan, Kapolda mengatakan hanya melakukan kunjungan rutin. ''Ini hanya kunjungan biasa. Saya ngecek ke polsek-polsek,'' tutur Kapolda Alex.
Dilaporkan juga, Densus 88 me­nangkap Kiai Rofi'i, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) An Najiyah, Desa Pledokan, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Sema­rang. Kabar penangkapan teman Ustad Abu Bakar Ba'asyir itu me­mbuat panik pejabat daerah se­tempat. ''Saya baik-baik saja dan kabar penangkapan tersebut tidak benar,'' tutur Rofi'i. (rdl/sof/ton/isk/dm/yan/jpnn/iro)

© 2009 All rights reserved.

Make a free websiteWebnode